Kisah Perjaka Yang Menjadi Wali Di Final Hidupnya


 
Dizaman Nabi Musa, ada seorang fasik yang suka melaksanakan kejahatan. Berulang kali ia diperingatkan oleh penduduk setempat untuk tidak mengulangi kejahatan. Namun, ia tetap saja mengulangi kejahatan. Akhirnya, penduduk negeri tersebut tidak bisa lagi mencegah perbuatan sehingga mereka pun kemudian berdoa kepada Allah.


Allah memberi wahyu kepada Nabi Musa a.s untuk mengusir perjaka itu dari negerinya semoga penduduk tidak tertimpa bencana. Lalu, keluarlah perjaka tersebut dari kampungnya sehingga ia hingga di suatu daerah yang luas. Tidak tampak ada kehidupan di daerah tersebut. Sepi, tanpa seorangpun atau seekor hewan yang tinggal.


Beberapa hari kemudian, perjaka itu jatuh sakit. Kesepian menciptakan sakitnya bertambah parah. Lalu, dalam rintihan ia berkata,” Wahai, Tuhanku,kalau ibuku, ayahku, dan istriku berada disisiku ketika ini sudah tentu mereka akan menangis melihat janjkematian akan memisahkan saya dengan mereka. Andaikan anak-anaku ada di sisiku, niscaya mereka berkata,” Ya Allah, ampunilah ayah kami yang telah banyak melaksanakan kejahatan hingga ia diusir dari kampungnya ke tanah lapang yang tidak berpenghuni dan keluar dari dunia menuju darul abadi dalam keadaan frustasi dari segala sesuatu, kecuali rahmat-Mu,ya Allah’.”


Lalu, dalam rintihan yang terakhir , perjaka itu berkata,” Ya, Allah, Janganlah kau putuskan saya dari rahmat-Mu. Sesungguhnya, Engkau Maha Berkuasa terhadap sesuatu.” Pemuda itu kemudian meninggal dengan air mata yang masih menetes membasahi pipinya.


Rupanya, Allah mendengar rintihan perjaka itu,lalu Allah memberi wahyu kepada Nabi Musa,” Pergilah kau ke tanah lapang. Di sana, ada seorang wali-Ku yang telah meninggal. Mandikan,kafani, dan shalatkan dia.”


Nabi Musa pun pergi ke tempat yang di tunjukanAllah. Setibanya di sana, Nabi Musa terkejut alasannya orang yang mati itu yaitu perjaka yang diusirnya dahulu. Lalu, Nabi Musa berkata,”Ya Allah, Bukankah ia ini perjaka fasik yang engkau suruh saya mengusirnya dahulu.”


Allah berfirman, “Benar. Aku kasihan kepadanya alasannya rintihan sakitnya dan ia berjauhan dari keluarganya. Jika seseorang yang tidak memiliki saudara mati, semua penghuni langit dan bumi akan sama-sama menangis alasannya kasihan kepadanya. Oleh alasannya itu, bagaimana Aku tidak mengasihaninya padahal Aku yaitu zat Yang Maha Penyayang di antara penyayang.”
Buat lebih berguna, kongsi:
close