Kali ini saya akan bercerita tentang sebuah cerita tentang seorang pengemis dan nasi remes. Semoga kisah ini bermanfaat bagi kita semua. Selamat membaca.
Kisah ini sangat membekas di dalam hati saya. Saat saya pulang dari kuliah saya sekitar tahun 2006 lalu.
Kisah ini sangat membekas di dalam hati saya. Saat saya pulang dari kuliah saya sekitar tahun 2006 lalu.

"Uang apaan ini. Jika tidak bisa membeli nasi remes disini, ya jangan beli. Kami tidk menerima uang recehan" bentak pelayan rumah makan tersebut.
"Naak, bapak cuma punya uang recehan, mohon terimalah" kata pengemis tua itu dengn wajah yang memelas.
"Tidak ada alasan pak " pelayan tersebut kembali membentak bahkan mendorong si bapak tua tersebut.
Pengemis tua itupun terjatuh kearah saya. Saya pun kaget dn langsung menahan pengemis tua tersebut supaya tidak terjatuh ke lantai.
"Pak, kalau bapak tidak mau menerima uang ini. Jangan perlakukan dia seperti ini" kata saya agak marah.
"Sopan sedikit dong pak. Tidak jadilah kami beli makanan disini kalau rumah makan ini pelayanannya seperti ini" tambah pembeli lain nya yang melihat kejadian tersebut.
Akhirnya, satu per satu pembeli mulai meninggalkan rumah makan tersebut. Kemudian saya mengajak pengemis tua tersebut untk membeli nasi bungkus ditempat lain dan diikuti oleh para pembeli disamping saya. Kami pun membeli nasi remes dirumah makan yang lain.
Setelah selesai membeli nasi remes, kemudian saya mengantar pengemis tersebut ketempat tinggalnya. Tempat tinggalnya terletak disebuah lorong. Setelah hampir sampai rumahnya, Pengemis itupun pamitan dengan saya dan pergi memasuki lorong menuju rumah nya. Karena penasaran saya pun mengikutinya kerumahnya. Ternyata dia tinggal di sebuah rumah tua yang hanya beralaskan papan berukuran 2 kali 2. Pengemis tua itupun duduk di depan rumah nya dan menghamparkan pakaian kotor sebagai alas untuk makan. Saya tertegun melihat semua peristiwa yang terjadi. Pengemis tua itu mengeluarkan nasi remes yang tadi saya belikan untuk nya dan memberikan nya kepada seorang anak kecil yang duduk manis bersama nya.
"Nak, hari ini kamu berulang tahun. Ini ayah bawakan hadiah untuk kamu. Selamat ulang tahun ya nak" ujar pengemis tua kepada anak nya dengan senyum bahagia.
"Makasih Yah. Saya sayang sama ayah" ujarnya polos dn kemudian memeluk ayah nya.
Saya melihat kedua insan tersebut makan dengan lahap sebungkus nasi remes tersebut. Tanpa terasa air mata saya pun jatuh membasahi pipi. Walau hanya sebungkus nasi remes yng semula akan dibelinya dengan uang recehnya.
Nampak oleh saya sebuah pelajaran kehidupan yang sangat penting tentng bagaimana bersyukur didalam kehidupan. Trnyata nasi remes itu adalah kado ulang tahun untk anak nya tercinta. Saya menahan tangis saya dan sekali lagi saya menoleh kearah mereka. Nampak wajah mereka tersenyum dan bahagia. Tawa dan canda pun mengiringi upacara makan mereka tanpa ada beban dan pikiran sama sekali. "Ya Allah, maafkanlah hamba mu ini yaaa Allah. Hamba sering sekali kufur dalam nikmat yang Engkau berikan" kata saya dalam hati. Akhirnya saya mengetahu I bagaimana bersyukur yang sebenarnya.
Kawan, mungkin hidup kita jauh lebih beruntung dari pada cerita yang saya ceritakan tersebut dan bahkan mungkin saja kita tidak pernah merasakan hidup dalam kesusahan ataupun hidup dalam kesederhanaan. Kisah ini adalah salah satu dari banyak kisah yang tak terhitung jumlahnya yang bahkan lebih menyedihkan daripada kisah ini. Alangkah beruntungnya hidup kita sekarng ini. Sudah sepantasnya lah kita mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Tuhan Kepada kita.
Kawan ku, terkadang kita juga pernah merasa bahwa hidup kita kurang beruntung. Namun cobalah kita melihat kehidupan orang lain yang ada disekitar kita. Ternyata, masih banyak lagi orang seperti dalam cerita ini. Oleh karena itu bersyukurlah atas apa yang kita miliki dn jadilah pribadi yng selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah kita dapatkan selama ini.
"Naak, bapak cuma punya uang recehan, mohon terimalah" kata pengemis tua itu dengn wajah yang memelas.
"Tidak ada alasan pak " pelayan tersebut kembali membentak bahkan mendorong si bapak tua tersebut.
Pengemis tua itupun terjatuh kearah saya. Saya pun kaget dn langsung menahan pengemis tua tersebut supaya tidak terjatuh ke lantai.
"Pak, kalau bapak tidak mau menerima uang ini. Jangan perlakukan dia seperti ini" kata saya agak marah.
"Sopan sedikit dong pak. Tidak jadilah kami beli makanan disini kalau rumah makan ini pelayanannya seperti ini" tambah pembeli lain nya yang melihat kejadian tersebut.
Akhirnya, satu per satu pembeli mulai meninggalkan rumah makan tersebut. Kemudian saya mengajak pengemis tua tersebut untk membeli nasi bungkus ditempat lain dan diikuti oleh para pembeli disamping saya. Kami pun membeli nasi remes dirumah makan yang lain.
Setelah selesai membeli nasi remes, kemudian saya mengantar pengemis tersebut ketempat tinggalnya. Tempat tinggalnya terletak disebuah lorong. Setelah hampir sampai rumahnya, Pengemis itupun pamitan dengan saya dan pergi memasuki lorong menuju rumah nya. Karena penasaran saya pun mengikutinya kerumahnya. Ternyata dia tinggal di sebuah rumah tua yang hanya beralaskan papan berukuran 2 kali 2. Pengemis tua itupun duduk di depan rumah nya dan menghamparkan pakaian kotor sebagai alas untuk makan. Saya tertegun melihat semua peristiwa yang terjadi. Pengemis tua itu mengeluarkan nasi remes yang tadi saya belikan untuk nya dan memberikan nya kepada seorang anak kecil yang duduk manis bersama nya.
"Nak, hari ini kamu berulang tahun. Ini ayah bawakan hadiah untuk kamu. Selamat ulang tahun ya nak" ujar pengemis tua kepada anak nya dengan senyum bahagia.
"Makasih Yah. Saya sayang sama ayah" ujarnya polos dn kemudian memeluk ayah nya.
Saya melihat kedua insan tersebut makan dengan lahap sebungkus nasi remes tersebut. Tanpa terasa air mata saya pun jatuh membasahi pipi. Walau hanya sebungkus nasi remes yng semula akan dibelinya dengan uang recehnya.
Nampak oleh saya sebuah pelajaran kehidupan yang sangat penting tentng bagaimana bersyukur didalam kehidupan. Trnyata nasi remes itu adalah kado ulang tahun untk anak nya tercinta. Saya menahan tangis saya dan sekali lagi saya menoleh kearah mereka. Nampak wajah mereka tersenyum dan bahagia. Tawa dan canda pun mengiringi upacara makan mereka tanpa ada beban dan pikiran sama sekali. "Ya Allah, maafkanlah hamba mu ini yaaa Allah. Hamba sering sekali kufur dalam nikmat yang Engkau berikan" kata saya dalam hati. Akhirnya saya mengetahu I bagaimana bersyukur yang sebenarnya.
Kawan, mungkin hidup kita jauh lebih beruntung dari pada cerita yang saya ceritakan tersebut dan bahkan mungkin saja kita tidak pernah merasakan hidup dalam kesusahan ataupun hidup dalam kesederhanaan. Kisah ini adalah salah satu dari banyak kisah yang tak terhitung jumlahnya yang bahkan lebih menyedihkan daripada kisah ini. Alangkah beruntungnya hidup kita sekarng ini. Sudah sepantasnya lah kita mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Tuhan Kepada kita.
Kawan ku, terkadang kita juga pernah merasa bahwa hidup kita kurang beruntung. Namun cobalah kita melihat kehidupan orang lain yang ada disekitar kita. Ternyata, masih banyak lagi orang seperti dalam cerita ini. Oleh karena itu bersyukurlah atas apa yang kita miliki dn jadilah pribadi yng selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah kita dapatkan selama ini.
Buat lebih berguna, kongsi: