Suatu hari, dua orang perempuan bersama anak mereka yang masih kecil, pergi ke suatu daerah yang jauh dari kampung halaman. Di tengah perjalanan, kawanan serigala menyerang dan memangsa salah satu anak mereka. Hal ini tentu saja menciptakan ibu dari anak yang diterkam serigala merasa sangat sedih. Lalu, entah kenapa, ia kemudian menganggap bahwa anak dari teman perempuanya itu yaitu anak sendiri. Akhirnya, keduanya saling memperebutkan anak yang masih hidup itu.
Kedua tidak mau mengalah. Mereka bersikeras bahwa anak itu yaitu anak mereka masing-masing. Menghadapi problem yang sulit itu, kesudahannya kedua perempuan itu setuju untuk mencari keadilan kepada Nabi Daud a.s.
Sesampai di hadapan Nabi Daud a.s., mereka masing-masing bercerita dari awal hingga akhir. Kedua bercerita dengan begitu meyakinkan. Nabi Daud tampak kesulitan untuk menciptakan keputusan. Namun, kesudahannya Nabi Daud tetapkan bahwa anak tersebut yaitu hak perempuan yang lebih tua.
Keputusan Nabi Daud ini ternyata tidak sanggup diterima oleh perempuan yang lebih muda. Ia merasa bahwa dirinyalah ibu dari anak itu dan paling berhak atas anak itu. Oleh sebab itu, keduanya setuju untuk mencari penyelesaian dengan mendatangi Nabi Sulaiman a.s.
Dihadapan Nabi Sulaiman, keduanya kembali mengemukakan alsan dan bukti-bukti untuk mendukung ratifikasi hak atas anak tersebut. Setelah selesai mendengar alasan kedua perempuan itu, Nabi Sulaiman kemudian meminta kepada pembantunya untuk mengambil sebilah pisau. Salah seorang perempuan mempertanyakan maksud dari Nabi Sulaiman dengan berkata,” Untuk apa pisau itu,Tuan?”
Nabi Sulaiman menjawab,” Aku bersikap adil terhadap kalian berdua atas problem ini. Oleh sebab itu, saya akan membelah anak ini menjadi dua bagian. Dengan begitu, kalian akan mendapatkan cuilan kalian masing-masing.”
Mendengar keputusan itu, Si Perempuan Muda berkata,” Saya oke dengan keputusan Tuan. Belahlah anak itu, wahai Nabi Allah!”
Sementara itu,si perempuan yang lebih renta tiba-tiba saja menangis dan memohon kepada Nabi Sulaiman,” Jangan lakukan itu. Hatiku tidak tega melihatnya. Biarlah bagianku untuk dia.”
Nabi Sulaiman tersenyum melihat reaksi dari kedua perempuan itu. Kini, ia tahu siapa ibu sebetulnya dari anak yang diperebutkan itu. Lalu, dengan lembut, ia berkata kepada ibu yang lebih tua,” Wahai ibu, ambillah anak ini sebab sesugguhnya engkaulah ibu yang sebetulnya dari anak ini. Ibu yang tidak akan tega melihat anaknya disakiti.”
Lalu, Nabi Sulaiman berpaling kearah perempuan yang lebih muda,”Wahai, perempuan Kejam, engkau bukanlah ibu dari anak ini. Oleh sebab itu, engkau pantas mendapatkan eksekusi dariku”.
Akhirnya, anak itu kembali pada ibu yang sebenarnya, sementara perempuan yang mengaku-ngaku sebagai ibu dari anak tersebut dijatuhi eksekusi setimpal atas perbuatannya.
Sesampai di hadapan Nabi Daud a.s., mereka masing-masing bercerita dari awal hingga akhir. Kedua bercerita dengan begitu meyakinkan. Nabi Daud tampak kesulitan untuk menciptakan keputusan. Namun, kesudahannya Nabi Daud tetapkan bahwa anak tersebut yaitu hak perempuan yang lebih tua.
Keputusan Nabi Daud ini ternyata tidak sanggup diterima oleh perempuan yang lebih muda. Ia merasa bahwa dirinyalah ibu dari anak itu dan paling berhak atas anak itu. Oleh sebab itu, keduanya setuju untuk mencari penyelesaian dengan mendatangi Nabi Sulaiman a.s.
Dihadapan Nabi Sulaiman, keduanya kembali mengemukakan alsan dan bukti-bukti untuk mendukung ratifikasi hak atas anak tersebut. Setelah selesai mendengar alasan kedua perempuan itu, Nabi Sulaiman kemudian meminta kepada pembantunya untuk mengambil sebilah pisau. Salah seorang perempuan mempertanyakan maksud dari Nabi Sulaiman dengan berkata,” Untuk apa pisau itu,Tuan?”
Nabi Sulaiman menjawab,” Aku bersikap adil terhadap kalian berdua atas problem ini. Oleh sebab itu, saya akan membelah anak ini menjadi dua bagian. Dengan begitu, kalian akan mendapatkan cuilan kalian masing-masing.”
Mendengar keputusan itu, Si Perempuan Muda berkata,” Saya oke dengan keputusan Tuan. Belahlah anak itu, wahai Nabi Allah!”
Sementara itu,si perempuan yang lebih renta tiba-tiba saja menangis dan memohon kepada Nabi Sulaiman,” Jangan lakukan itu. Hatiku tidak tega melihatnya. Biarlah bagianku untuk dia.”
Nabi Sulaiman tersenyum melihat reaksi dari kedua perempuan itu. Kini, ia tahu siapa ibu sebetulnya dari anak yang diperebutkan itu. Lalu, dengan lembut, ia berkata kepada ibu yang lebih tua,” Wahai ibu, ambillah anak ini sebab sesugguhnya engkaulah ibu yang sebetulnya dari anak ini. Ibu yang tidak akan tega melihat anaknya disakiti.”
Lalu, Nabi Sulaiman berpaling kearah perempuan yang lebih muda,”Wahai, perempuan Kejam, engkau bukanlah ibu dari anak ini. Oleh sebab itu, engkau pantas mendapatkan eksekusi dariku”.
Akhirnya, anak itu kembali pada ibu yang sebenarnya, sementara perempuan yang mengaku-ngaku sebagai ibu dari anak tersebut dijatuhi eksekusi setimpal atas perbuatannya.
Buat lebih berguna, kongsi: