Sa’ad bin Abi Waqqash ialah salah seorang sobat Nabi Muhammad saw. Beliau termasuk golongan orang-orang yang pertama masuk islam. Ia ialah seseorang yang mempunyai keteguhan dogma luar biasa. Salah satu hal yang sangat menonjol dalam dirinya ialah bahwa ia sangat menyayangi ibunya.
Suatu hari, keislaman Sa’ad bin Abi Waqqash diketahui oleh sang ibu. Hal ini tentu saja menciptakan Sang ibu sangat murka alasannya ialah anaknya telah masuk islam dan meninggalkan agama nenek moyang. Lalu, dipanggillah Sa’ad ke hadapan dan lalu ditanya,”Wahai anakku Sa’ad,aku dengar engkau telah mengikuti Muhammad dan meninggalkan agama berhala yang telah usang kita anut.”
Sa’ad terkejut alasannya ialah ibunya ternyata telah mengetahui keislamannya. Namun, dengan penuh keyakinan,S a’ad menjawab,”Benar, Ibu. Saya memang telah masuk islam dengan mengikuti Rasulullah.”
Tiba-tiba, wajah ibunya berubah merah sambil menahan marah. Kemarahan alhasil meluap sambil berkata Sa’ad,”Berani sekali engkau meninggalkan agama leluhur kita! Apa yang mengakibatkan engkau melaksanakan hal tersebut?”
Sa’ad menjawab dengan penuh kelembutan,”Ibu, sebenarnya saya melihat agama islam penuh dengan kebaikan. Sedikit pun saya tidak melihat kekurangan dari agama yang telah saya masuki ini.”
Ibunya tampak makin murka dan berkata,”Wahai Sa’ad, aku tidak rela engkau mengikuti agama Muhammad. Mulai hari ini,aku tidak akan pernah makan dan minum hingga engkau kembali ke agama leluhur kita yang agung.” Ibunya mengeluarkan kata-kata bahaya untuk mengembalikan Sa’ad bin Abi Waqqash pada agama yang dulu.
Sa’ad hanya dapat bersedih melihat meilhat perilaku ibunya yang keras kepala. Ia keluar dari rumah ibunya dan pergi dengan keinginan Allah akan melampangkan hati ibunya.
Beberapa hari kemudian, tiba-tiba tiba seorang menemui Sa’ad bin Abi Waqqash. Ia memberikan sebuah informasi yang menyayat hati Sa’ad. Rupanya, ibunya benar-benar mejalankan bahaya itu hingga keadaannya mengkhawatirkan. Lalu, Sa’ad pun bergegas pergi ke rumah ibunya untuk melihat keadaan Sang ibu.
Ketika Sa’ad hingga di depan pembaringannya ibunya, ia tidak tega menyaksikan Sang ibu dalam kondisi yang menyedihkan. Dilihatnya badan Sang ibu yang lemah tergeletak diatas pembaringan. Wajahnya pucat dan matanya cekung. Rasa cinta Sa’ad begitu besar terhadap ibunya sehingga apa yang disaksikan makin membuatnya sedih.
“Duhai,Ibu , apa yang telah engkau lakukan? Bukankah sudah kukatakan bahwa saya akan tetap mengakibatkan agama islam sebagai agamaku. Aku tidak dapat kembali ke agama usang yang terang kesesatannya. Aku begitu yakin dengan agama islam yang tiba dari Allah,” kata Sa’ad dengan lirih.
Sang ibu lalu berkata dengan lemah, Sa’ad, anakku, saya telah menyampaikan kepadamu bahwa saya tidak akan pernah makan atau minum sedikit pun hingga engkau kembali pada agama yang dulu. Jika engkau tega melihat ibumu ibarat ini, lakukan apapun yang engkau suka!”
Sa’ad bin Abi Waqqash makin duka mendengar perkataan ibunya yang sangat ia cintai itu. Namun, cintanya kepada Allah dan rasul-Nya tak dapat diabaikan begitu saja. Bahkan, ternyata cintanya kepada Allah dan rasul-Nya jauh lebih besar dibandingkan cintanya kepada sang ibu atau apa pun.
Sa’ad dengan tegas berkata kepada ibunya,”Duhai ibu,jika memang ibu tetap bersikeras dengan apa yang ibu lakukan, baiklah. Sekarang saya katakan kepada ibu. Jika saja ibu mempunyai tujuh nyawa dan satu persatu nyawa itu keluar dari badan ibu, Hingga nyawa yang terakhir, saya akan tetap dalam islam hingga kapan pun.”
Ucapan tegas yang keluar dari verbal Sa’ad laksana halililntar di siang bolong bagi sang ibu. Sang ibu melihat Sa’ad keluar dari kamarnya dan meninggalkannya. Kini, Sang Ibu menyadari bahwa pendirian Sa’ad bin Abi Waqqash sudah tidak dapat lagi diubah. Oleh alasannya ialah itu, ia pun lalu menghentikan usahanya untuk mengembalikan Sa’ad pada agama yang dulu. Sejak dikala itu, Sang ibu kembali makan dan minum, ibarat sebelumnya.
Buat lebih berguna, kongsi: