Firaun populer sebagai raja yang mempunyai kekuasaan sangat besar. Namun, kekuasaan yang sangat besar itu membuat Firaun sombong dan angkuh. Firaun bahkan menganggap dirinya sebagai dewa yang agung serta memusuhi siapa saja yang mereka menyembah dewa selain dirinya. Dia akan membunuh mereka yang tidak mau mengakui dirinya sebagai tuhan.
Tersebutlah seorang perempuan berjulukan Siti Masyitoh yang bekerja dilingkungan kerajaan Firaun. Ia ialah seorang pembantu atau dayang bagi putri Firaun . Suatu hari, Siti Masyitoh sedang menyisir rambut putri Firaun tersebut. Tiba tiba, tanpa sengaja sisir yang di pegangnya terjatuh kelantai. Dengan cepat, Siti Masyitoh mengambil sisir tersebut seraya menyebut nama Allah.
Ucapan Siti Masyitoh ternyata terdengar oleh putri Firaun. Putri Firaun pun bertanya kepadaMasyitoh,”Apa yang engkau katakan barusan?”
Masyitoh terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan putri Firaun, namun hanya sebentar. Lalu,dengan damai ia menjawab,”saya tadi meyebut nama Allah.”
Putri Firaun merasa asing mendengar nama Allah alasannya ia belum pernah mendengar nama itu disebut-sebutoleh siapa pun selain oleh Masyitoh. Ia pun kemudian bertanya lagi,”Siapa itu Allah?”
Siti Masyithah menjawab,”Allah ialah Tuhan saya yang telah membuat saya. Dia juga yang telah membuat Tuan Putri dan ayah Tuan Putri.”
”Apa maksudmu? Bukankah ayahku ialah tuhanku dan tuhanmu juga? Adakah Tuhan lain selain ayahku?” kata putri Firaun dengan nada tinggi.” Ayah Tuan Putri bukanlah Tuhan, melainkan manusia. Allah-lah dewa seluruh insan yang ada di alam ini,” jawab Siti Masyitoh tanpa ragu.
Wajah putri Firaun memerah. Kemarahannya sebentar lagi akan meluap, dan dengan nada yang makin tinggi ia berkata,” Berani sekali kau! Sekarang, engkau harus tobat. Kalau tidak, saya akan memberitahukan hal ini kepada ayahku.”
Dengan tegas dan penuh keyakinan, Siti Masyitoh berkata,”tuan putri,keyakinanku kepada Allah tidak akan pernah berubah. Jika Tuan Putri hendak memberitahu hal ini kepada ayah Tuan Putri, silahkan saja!”
Dengan langkap cepat, putri Firaun bergegas menemui ayahnya dan memberitahukan insiden yang gres saja dialaminya. Ketika Firaun Mendengarnya, ia tampak sangat murka dan kemudian memanggil Siti Masyitoh.
Siti Masyitoh kemudian dihadapkan kepada Firaun. Firaun memandang Siti Masyitoh dengan penuh kemarahan. Ia kemudian bertanya dengan pertanyaan yang sama, menyerupai yang ditanyakan putrinya. Jawaban yang keluar dari lisan Siti Masyitoh tetap tidak berbeda. Hal ini makin menambah kemarah Firaun alasannya ada seorang pembantunya yang tidak mengakuinya dirinya sebagai tuhan.
Keesokan hari, keluarga Siti Masyitoh dibawa ke sebuah daerah yang lapang. Di sana telah tersedia wajan besar berisi minyak yang sangat panas. Ternyata Firaun hendak menghukum Siti Masyitoh dan keluarganya, termasuk anaknya yang masih bayi, dengan memasukannya ke dalam wajan besar itu jikalau Siti Masyitoh tetap tidak mengakui Firaun sebagai tuhan. Namun, keimanan Siti Masyitoh tidak luntur meski berhadapan dengan bahaya mengerikan itu.
Melihat keyakinan Masyitoh yang tetap tidak berubah,Firaun kemudian memerintahkan para pengawal untuk melemparkan keluarga Siti Masyitoh satu per satu ke dalam minyak panas itu.
Orang pertama yang dilemparkan ke dalam minyak panas itu ialah suaminya. Siti Masyitoh hanya dapat bersedih saat melihat suaminya jatuh ke dalam minyak panas itu sampai syahid.
Giliran berikut ialah anak yang masih bayi. Ia pandangi wajah anaknya yang sangat ia cintai. Ia tak tega melihat anaknya akan dilemparkan pula kedalam minyak yang sedang mendidih itu. Tiba-tiba, dengan kekuasaan Allah, anaknya yang masih bayi itu membuka lisan dan berbicara,”Ibu, jangan bersedih. Teruskanlah. Biar anakmu ini masuk ke dalam minyak panas itu. Allah telah menyediakan sebuah daerah bagi kita sekeluarga di surga.”
Ucapan yang keluar dari lisan mungil itu tentu saja mengejutkan orang-orang yang ada disana. Dengan ucapan itu pula, Siti Masyitoh menjadi yakin kepada Allah. Tiba-tiba saja,anaknya telah melemparkan diri ke dalam minyak panas itu, kemudian disusul oleh Siti Masyitoh. Keduanya kemudian meinggal sebagi syahid dengan keridaan dari Allah SWT.
Keyakinan yang kokoh telah begitu mengakar dalam diri Siti Masyitoh dan keluarganya. Ia tidak pernah sedikitpun ragu bahwa sesungguhnya Allah ialah Tuhan bagi seluruh makhluk.
Dalam Peristiwa Isra’Mikraj, Nabi Muhammad SAW. Sampai disuatu daerah yang sangat harum. Malaikat Jibril memberitahukan bahwa daerah itu ialah daerah bagi Siti Masyitoh dan keluarganya disurga. Subhanallaah.
Buat lebih berguna, kongsi: