Bagong Kussudiardja (dibaca Bagong Kussudiardjo) atau yang lebih dikenal sebagai Bagong ialah seorang Koreografer dan Pelukis Indonesia. Bukan seniman biasa, beliau ialah seorang pembaharu dalam bidang koreografi, seni lukis, seni patung, dan sajak yang bergerak dalam denyut iramanya sendiri. Ia ialah ayah dari Butet Kertaradjasa dan Djaduk Ferianto.
Bagong Kussudiardja lahir di Yogyakarta 9 Oktober dari pasangan Orang bau tanah berjulukan RB Tjondro Sentono dan Siti Aminah. Dari hasil perkawinan RB Tjondro Sentono dan Siti Aminah, lahirlah Kus Sumarbirah, Bagong Kussudiardja, Handung Kussudyarsana, dan terakhir Lilut Kussudyarto. Kakeknya, Gusti Djuminah konon ialah putra mahkota Sultan HB VII yang alasannya ialah membelot, terpaksa harus menjalani eksekusi kurantil (pengasingan).
Masa kecilnya yang sulit, kendati ia cucu G.P.H. Djuminah, abang Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, menciptakan Bagong suka bekerja keras. Ayahnya, pelukis wayang dan penulis huruf Jawa, kurang bisa menopang kehidupan keluarga. Bagong harus melakoni aneka macam pekerjaan menyerupai menambal ban dan jadi kusir andong.
Karir
Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Bagong Kussudiardja mengukuhkan diri untuk megembangkan pemahamannya ihwal seni klasik. Dia mempejari tarian Jepang dan India.
Bagong memulai kariernya sebagai penari Jawa klasik di Yogyakarta pada 1954. Ia berkenalan dengan seni tersebut melalui Sekolah Tari Kredo Bekso Wiromo, yang dipimpin oleh Pangeran Tedjokusumo, seniman tari ternama.
Selama 1957-1958, beliau berlatih di Amerika Serikat di bawah asuhan Martha Graham. Gurunya itu ialah seorang pakar tari legendaris yang populer degan tekniknya yang mendobrak batasan-batasankala itu.
Setelah menempa diri di Amerika Serikat dan kembali ke Tanah Air, Bagong Kussudiardja menggabungkan gerakan-gerakan modern yang dipelajarinya untuk mengangkat pamor tarian tradisional Indonesia.
Bagong mendirikan Pusat Latihan Tari (PLT) pada 5 Maret 1958 dan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja pada 2 Oktober 1978. Selama hidupnya, lebih dari 200 tari telah diciptakan, dalam bentuk tunggal atau massal, diantaranya; tari Layang-layang (1954), tari Satria Tangguh, dan Kebangkitan dan Kelahiran Isa Almasih (1968), juga Bedaya Gendeng (1980-an).
Melukis dan Film
Kakek enam cucu ini juga pelukis, bahkan termasuk perintis seni lukis batik kontemporer. Ia dikenal dengan lukisan batik cat minyak dan cat airnya. Dia mengerjakan aneka macam gaya termasuk impresionisme, abstrak, dan realisme.
Semua lukisannya mencitrakan aspek mitos dan gaib dari kultur Jawa, pemandangan, dan tentu saja tari Bali dalam guratannya yang penuh warna.
Untuk lukisan abstraknya yang dipamerkan di Dacca, ia beroleh medali emas dari pemerintah Bangladesh pada 1980.
Ia juga pernah bermain film, antara lain dalam Kugapai Cintamu.
Pentas seni
Penghargaan
Pada 1985, ia mendapatkan Hadiah Seni Pemerintah RI, dan penghargaan Sri Paus Paulus VI atas fragmennya Perjalanan Yesus Kristus.
Meninggal dunia
Bagong Kussudiardja meninggal di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada 15 Juni 2004. Dia meninggalkan 3 anak pria dan 4 anak wanita yaitu Butet Kertaradjasa, Djaduk Ferianto, Otok Bima Sidharta, Elia Gupita, Rondang Ciptasari, dan Ida Manutranggana.
Google rayakan ulang tahun Bagong Kussudiardja ke-89
Tepat pada hari ulang tahunnya ke-89, Google menampilkan Google Doodle yang mencerminkan Bagong dalam aneka macam pencapaiannya menyerupai seni lukis dan tari dengan penuh kegembiraan.
Sumber:
Bagong Kussudiardja lahir di Yogyakarta 9 Oktober dari pasangan Orang bau tanah berjulukan RB Tjondro Sentono dan Siti Aminah. Dari hasil perkawinan RB Tjondro Sentono dan Siti Aminah, lahirlah Kus Sumarbirah, Bagong Kussudiardja, Handung Kussudyarsana, dan terakhir Lilut Kussudyarto. Kakeknya, Gusti Djuminah konon ialah putra mahkota Sultan HB VII yang alasannya ialah membelot, terpaksa harus menjalani eksekusi kurantil (pengasingan).
Masa kecilnya yang sulit, kendati ia cucu G.P.H. Djuminah, abang Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, menciptakan Bagong suka bekerja keras. Ayahnya, pelukis wayang dan penulis huruf Jawa, kurang bisa menopang kehidupan keluarga. Bagong harus melakoni aneka macam pekerjaan menyerupai menambal ban dan jadi kusir andong.
Karir
Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Bagong Kussudiardja mengukuhkan diri untuk megembangkan pemahamannya ihwal seni klasik. Dia mempejari tarian Jepang dan India.
Bagong memulai kariernya sebagai penari Jawa klasik di Yogyakarta pada 1954. Ia berkenalan dengan seni tersebut melalui Sekolah Tari Kredo Bekso Wiromo, yang dipimpin oleh Pangeran Tedjokusumo, seniman tari ternama.
Selama 1957-1958, beliau berlatih di Amerika Serikat di bawah asuhan Martha Graham. Gurunya itu ialah seorang pakar tari legendaris yang populer degan tekniknya yang mendobrak batasan-batasankala itu.
Setelah menempa diri di Amerika Serikat dan kembali ke Tanah Air, Bagong Kussudiardja menggabungkan gerakan-gerakan modern yang dipelajarinya untuk mengangkat pamor tarian tradisional Indonesia.
Bagong mendirikan Pusat Latihan Tari (PLT) pada 5 Maret 1958 dan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja pada 2 Oktober 1978. Selama hidupnya, lebih dari 200 tari telah diciptakan, dalam bentuk tunggal atau massal, diantaranya; tari Layang-layang (1954), tari Satria Tangguh, dan Kebangkitan dan Kelahiran Isa Almasih (1968), juga Bedaya Gendeng (1980-an).
Melukis dan Film
Kakek enam cucu ini juga pelukis, bahkan termasuk perintis seni lukis batik kontemporer. Ia dikenal dengan lukisan batik cat minyak dan cat airnya. Dia mengerjakan aneka macam gaya termasuk impresionisme, abstrak, dan realisme.
Semua lukisannya mencitrakan aspek mitos dan gaib dari kultur Jawa, pemandangan, dan tentu saja tari Bali dalam guratannya yang penuh warna.
Untuk lukisan abstraknya yang dipamerkan di Dacca, ia beroleh medali emas dari pemerintah Bangladesh pada 1980.
Ia juga pernah bermain film, antara lain dalam Kugapai Cintamu.
Pentas seni
- Pada Desember 1984, Bagong memulai perjalanan lima bulan ke tujuh negara Eropa. Bersama 14 penari, ia mengadakan 69 kali kegiatan: pentas tari, seminar, lokakarya, festival batik, dan demonstrasi melukis batik.
- Pada Hari Kebangkitan Nasional di Jakarta, 20 Mei 1985, ia mempertunjukkan Pawai Lintasan Sejarah Indonesia, didukung 710 penari dan figuran.
- Juni 1985, Bagong beserta 100 penari muncul di pesisir Parangtritis, 27 km di selatan Yogyakarta. Pentas tari kreasinya berjudul Kita Perlu Berpaling ke Alam dan Bersujud pada-Nya.
- Agustus 1985, ia dengan 15 penari manggung di Malaysia, mementaskan tari Gema Nusantara, Igel-igelan, dan Ratu Kidul.
- Pada 5 Oktober 1985 di Jakarta, ia menampilkan Pawai Lintasan Sejarah ABRI yang melibatkan 8.000 seniman, militer, hansip, dan veteran.
Penghargaan
Pada 1985, ia mendapatkan Hadiah Seni Pemerintah RI, dan penghargaan Sri Paus Paulus VI atas fragmennya Perjalanan Yesus Kristus.
Meninggal dunia
Bagong Kussudiardja meninggal di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada 15 Juni 2004. Dia meninggalkan 3 anak pria dan 4 anak wanita yaitu Butet Kertaradjasa, Djaduk Ferianto, Otok Bima Sidharta, Elia Gupita, Rondang Ciptasari, dan Ida Manutranggana.
Google rayakan ulang tahun Bagong Kussudiardja ke-89
Ulang tahun Bagong Kussudiardja ke-89 Oleh Google Doodle |
Sumber:
Buat lebih berguna, kongsi: